Gembiranya Nabi SAW dengan shalawat yang Allah Swt curahkan untuk kita

Abd Rahman Bin Auf mengisahkan :

“Suatu hari aku mengikuti Nabi Saw, kulihat beliau memasuki kebun kurma, tiba-tiba beliau bersujud. Akupun menunggu sujudnya yang lama sehingga aku khawatir beliau telah meninggal dunia, maka, aku datang menatapnya dari dekat.”

Kemudian beliau langsung mengangkat kepala. “Ada apa Abdurahman ?”, Tanya beliau

“Wahai Rasulullah , kau letakkan kepalamu disini lama sekali, aku khawatir engkau meninggal.” Bahkan aku berkata dalam hati , aku tidak akan berjumpa lagi dengan Rasulullah Saw.

Beliau Saw  menjawab, “tadi ada utusan Allah Swt mendatangiku, dan ia berkata, Maukah kau kuberitahu sebuah kabar gembira ?, Allah Swt berkata, Siapa bershalawat untukmu satu kali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali “. (HR Ahmad)

Nabi bersujud dan meratakan dahinya yang mulia dengan tanah lama sekali ?.

Mengapa beliau  melakukan itu ?….,mengapa beliau segembira itu ?…..

……Gembira bukan karena dikirimi shalawat, beliau gembira karena balasan yang Allah Swt berikan. Beliau gembira dengan shalawat yang Allah Swt curahkan untuk kita.

Andaikan shalawat tersebut urusan sepele sebagaimana anggapan banyak orang saat ini, mungkinkah Rasulullah Saw segembira itu ?

Ibn Athaillah Assakandari mengomentari hadist itu dengan ulasan yang menggetarkan hati kita :

“Seandainya sepanjang hidup engkau melakukan amal ketaatan, lalu Allah Swt memberimu satu shalawat saja, tentu  satu shalawat itu lebih berat dari pada semua amal ketaatanmu selama hidup. Sebab engkau bershalawat sesuai kapasitas kemampuanmu (sebagai mahkluk), sementara Allah bershalawat sesuai sifat ketuhanan-Nya (pencipta-sempurna) ini baru satu shalawat , bagaimana jika Allah Swt bershalawat untukmu sepuluh kali atas setiap satu shalawatmu atas Rasul ???

Dikutip Afdhal ash Shalawat ‘ala Sayyid as-Sadat, karya Syech Yusuf ibn Ismail al – Nabhani

Sumber : http://www.alhabibahmadnoveljindan.org/jatuh-cinta/

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Meninggalkan komentar

Ketika Perut Rasulullah Berbunyi

Suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallama Menjadi imam sholat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi gemercik menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”

Mendengar jawaban ini Umar bin khatab melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…”

Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya,Rasulullah pun mengangkat jubahnya.

Para sahabat amat terkejut. Terlihatlah perut Manusia yang dimuliakan Allah ini, Dan Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.

Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”

Rasulullah menjawab dengan lembut,

”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. TETAPI APAKAH YANG AKAN AKU JAWAB DIHADAPAN ALLAH NANTI,APABILA AKU SEBAGAI PEMIMPIN, MENJADI BEBAN BAGI UMMATNYA..??”

Para sahabat yang mendengar hanya tertegun menderaikan air mata. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

SEBARKAN BERITA INI,
Betapa cintanya Rasulullah kepada umatnya.

Semoga kelak di akhirat nanti kita mendapatkan Syafa’atul Udzmah di Yaumil Qiyamah nanti..dan kita di kukuhkan keimanan serta keIslaman kita agar terus meneladani dan Mencintai beliau.
اللهم اجعلنا من احباب المصطفى
يارب صل علي محمد وافتح من الخير كل مغلق
اللهم صل وسلم وبارك على الحبيب المصطفى وعلى آله وصحبه اجمعين

AAMIIN YA RABBAL ‘AALAMIIN…..

~  Habib Quraish Baharun ~(Sumber : http://www.majelisrasulullah.org)

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Tag | Meninggalkan komentar

Rambut Abu Mahdzuroh

Adz-Dzhabi, semoga Allah merahmatinya berkata : Abu Mahdzuroh adalah mu’adzdzin masjidil haram, dan termasuk sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dia termasuk orang yang suaranya merdu

Suatu ketika Nabi menyuruh beberapa orang mengumandangkan adzan secara bergantian

Abu Mahdzuroh berkata, “Aku mendapat giliran terakhir. Ketika usai mengumandangkan adzan, Rasulullah memanggilku, ‘kemarilah !’ kata beliau. Rasulullah mendudukkanku di depanya, melepas serbanku, kemudian mengusap ubun-ubunku, kemudian beliau berdo’a :

اللهم بارك فيه، وأهده إلى الإسلام

“Ya Allah, berkahilah dia dan tunjukkan dia ke jalan Islam”

Beliau memberkahiku hingga tiga kali kemudian bersabda :

اذهب فأذن عند البيت الحرام

“Pergilah, kumandangkan adzan di Baitullah!”

Aku bertanya, “Bagaimana caranya Ya Rasulallah?”

Beliau mengajariku adzan sebagaimana para sahabat. Di waktu shubuh ada kalimat

الصلاة خير من النوم

Dan beliau mengajarkan iqomah dua kali tiap-tiap kalimat

Setelah Nabi mengusap ubun-ubunnya, Abu Mahdzuroh berkata, “Demi Allah, tak akan kupotong rambut ini sampai aku mati.

Benar! Abu Mahdzuroh membiarkan rambut ubun-ubunnya memanjang hingga separo tinggi badannya hingga beliau kembali ke rahmatullah karena usapan tangan mulia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Beliau—semoga Allah meridhoinya—mengumandangkan adzan hingga wafat tahun 54 H. putranya maju menggantikan beliau, kemudian cucunya, turun temurun hingga masa Imam Asy Syafi’i

Tentang panjangnya rambut sahabat Abu Mahdzuroh ini, disebutkan dalam Al Mustadrak ala ash shohihain, juz 4 hal 658 :

أن أبا محذورة ، كانت له قصة في مقدم رأسه إذا قعد أرسلها فتبلغ الأرض ، فقالوا له : ألا تحلقها ؟ فقال : إن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم مسح عليها بيده ، فلم أكن لأحلقها حتى أموت . لم يحلقها حتى مات

Sesungguhnya Abu Mahdzuroh, mempunyai kisah tentang rambut bagian depannya yang panjang. Apabila beliau duduk dan menguraikannya, maka rambutnya menjuntai ke tanah

Teman-temannya berkata, “Mengapa tidak kau potong saja rambutmu?”

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengusapnya dengan tangan beliau. Aku tak akan memotongnya hingga mati”

Demikianlah, beliau tak memotong rambut yang pernah disentuh tangan mulia Rasulullah hingga akhir hayatnya

Wallahu a’lam bish showab

Dikutip dari : forsansalaf.wordpress.com

Dipublikasi di Sahabat Rasulullah SAW | Tag | Meninggalkan komentar

Janji Lelaki dari Perut Ka’bah

Hakim bin Azam adalah satu-satunya anak yang lahir di dalam Ka’bah yang mulia. Ceritanya begini: Pada suatu hari ibunya yang sedang hamil tua masuk ke dalam Ka’bah bersama rombongan orang-orang sebayanya guna melihat-lihat Ka’bah. Sesuai ketentuan, hari itu Ka’bah memang dibuka untuk umum. Ketika berada dalam Ka’bah, ibu Hakim tiba-tiba merasa hendak melahirkan. Keadaannya membuat dia tidak sanggup lagi berjalan keluar Ka’bah. Seseorang lalu menggelar tikar kulit untuknya. Ibu Hakim merebahkan diri dan tak lama kemudian lahirlah bayi laki-laki di atas tikar itu. Bayi itu kemudian diberi nama Hakim. Abahnya, Azam, adalah saudara Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwailid RA.

Hakim bin Hazam tumbuh dalam keluarga bangsawan yang terkenal kaya. Ia memperoleh pendidikan yang memadai hingga akhirnya menjadi seorang yang pandai, mulia, dan berakhlak luhur. Suatu hari dia diangkat menjadi kepala kaum dan diminta menangani urusan Rifadah (lembaga yang menangani orang-orang yang kehabisan be-kal ketika musim haji) di masa jahiliah. Demi tugas itu ia pun mengorbankan banyak harta pribadinya. Dia juga dikenal bijaksana dan berkawan akrab dengan Rasulullah SAW sebelum beliau menjadi Nabi. Usia Hakim bin Hazam lima tahun lebih tua dari Nabi SAW. Tali pertemanan mereka kian erat manakala Rasulullah SAW menikahi bibi Hakim, Khadijah binti Khuwailid RA.

Walau pun memiliki kedekatan dengan Baginda Rasul SAW, ternyata Hakim tidak segera masuk Islam tatkala beliau memperoleh wahyu. Ia baru mengikrarkan syahadat setelah pembebasan kota Mekah, kira-kira dua puluh tahun sesudah Baginda Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul. Kenyataan itu cukup mengherankan para sahabat, bahkan Hakim sendiri. Setelah dia masuk Islam dan merasakan nikmatnya iman, timbullah penyesalan yang mendalam, karena sebagian besar usianya telah lewat dalam kemusyrikan. Suatu kali putranya pernah melihat dia menangis tersedu, “Mengapa ayah menangis?” tanyanya. “Banyak sekali hal yang menyebabkan ayah menangis, wahai anakku!” jawab Hakim. “Pertama, keterlambatan masuk Islam menyebabkanku tertinggal merebut kebajikan. Seandainya aku nafkahkan emas seberat bumi, itu tiada artinya dibandingkan dengan kebajikan yang mungkin aku peroleh dengan memeluk Islam. Kedua, sesungguhnya Allah SWT telah menyelamatkan aku dalam Perang Badar dan Uhud, lalu aku berkata kepada diriku ketika itu, ‘aku tidak bakal lagi membantu kaum Quraisy memerangi Muhammad, dan tidak akan keluar dari kota Mekah.’ Tetapi, aku senantiasa ditarik-tarik kaum Quraisy untuk membantu mereka. Ketiga, setiap aku hendak masuk Islam, aku lihat para sesepuh Quraisy tetap berpegang pada kebiasaan-kebiasaan jahiliah. Lalu, aku ikuti saja mereka.” Kini aku menyesal, mengapa aku tidak masuk Islam lebih dini. Yang mencelakakan kita adalah fanatik buta terhadap pendahulu kita. Bagaimana aku tidak akan menangis karenanya, hai anakku?”

Haji
Di suatu malam sebelum memasuki kota Mekah, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat, “Di Mekah terdapat empat orang yang tidak suka kepada kemusyrikan dan lebih cenderung kepada Islam.” “Siapa mereka itu, ya Rasulullah?” tanya para sahabat. “Mereka adalah Attab bin Usaid, Jubair bin Muth’im, Hakim bin Hazam, dan Suhail bin Amr. Dengan karunia Allah, mereka akan masuk Islam secara serentak,” jawab Rasulullah SAW.

Ketika Rasulullah masuk kota Mekah sebagai pemenang, beliau memperlakukan Hakim bin Hazam dengan cara terhormat. Beliau memerintahkan seorang sahabat menyampaikan beberapa pengumuman. Maka sahabat yang mendapat perintah itu berseru, “Siapa yang mengaku tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan mengaku Muhammad sesungguhnya hamba Allah dan Rasul-Nya, dia aman!” “Siapa yang duduk di Ka’bah, lalu meletakkan senjata, dia aman!” “Siapa yang mengunci pintu rumahnya, dia aman!” “Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman!” “Siapa yang masuk ke rumah Hakim bin Hazam, dia aman!” Rumah Hakim bin Hazam terletak di bagian bawah kota Mekah, sedang rumah Abu Sufyan bin Harb terletak di bagian atas.

Sesuai nubuat Baginda Nabi SAW, Hakim bin Hazam akhirnya memeluk Islam. Dia bersumpah akan selalu menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan jahiliah dan menghentikan bantuan dana kepada Quraisy. Hakim menepati sumpahnya dengan sepenuh hati. Dia membeli Darun Nadwah (Balai Sidang), suatu tempat yang pernah dipakai para pemimpin Qurays untuk berkonspirasi membinasakan Baginda Muhammad SAW. Para pemuda Quraisy bertanya kepadanya, “Untuk apa anda membeli gedung yang dimuliakan kaum Quraisy itu, hai paman?” Hakim menjawab, “Segala kemuliaan telah sirna, wahai anakku! Yang mulia hanyalah takwa. Aku membelinya untuk aku jual kembali dan uangnya aku pakai untuk membeli surga. Kalian sebagai saksi bahwa uangnya akan kusumbangkan untuk pejuangan fi sabilillah.”

Sesudah masuk Islam, Hakim bin Hazam pergi menunaikan ibadah haji. Dia membawa seratus ekor onta yang dihiasi kostum yang megah. Unta-unta itu kemudian disembelih sebagai korban untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Waktu haji tahun berikutnya, dia wukuf di Arafah bersama seratus orang hamba sahayanya. Masing-masing budak diberi kalung perak di lehernya bertuliskan kalimat, “Bebas karena Allah azza wa jalla, dari Hakim bin Hazam.” Selesai menunaikan ibadah haji, semua budak itu dimerdekakan. Ketika naik haji ketiga kalinya, Hakim bin Hazam mengorbankan seribu ekor domba di Mina, dan dagingnya dipersembahkan kepada kaum fakir miskin.

Jera
Dikisahkan bahwa sesudah Perang Hunain, Hakim bin Hazam meminta harta rampasan kepada Baginda Rasulullah SAW. Baginda pun memberinya. Hakim kemudian meminta lagi dan diberi oleh beliau SAW. Akhirnya harta rampasan yang diterima Hakim mencapai seratus ekor onta. Rasulullah berkata kepada Hakim, “Sesungguhnya harta itu manis dan enak. Siapa yang mengambilnya dengan rasa syukur dan cukup, dia akan memperoleh berkah dari harta itu. Akan tetapi, siapa yang mengambilnya dengan nafsu serakah, dia tidak akan mendapat berkah harta itu, bahkan dia seperti orang makan yang tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang di atas (memberi) lebih baik dari pada tangan yang di bawah (meminta atau menerima).”

Mendengar sabda Rasulullah SAW itu, Hakim bin Hazam menyesal dan bersumpah, “Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutus engkau dengan agama yang hak, aku berjanji tidak akan meminta-minta kepada siapa pun sesudah ini. Aku berjanji tidak akan mengambil sesuatu dari orang lain sampai aku berpisah dengan dunia.” Sumpah tersebut dipenuhi Hakim dengan sungguh-sungguh.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq RA, dia diminta mengambil gajinya dari baitul mal, tetapi dia menolak. Tatkala jabatan khalifah pindah kepada Umar al-Faruq, Hakim pun tidak mau mengambil gajinya setelah dipanggil beberapa kali. Amirul Mukminin mengumumkan di hadapan khalayak ramai, “Wahai kaum muslimin! saya telah memanggil Hakim bin Hazam beberapa kali supaya mengambil gajinya dari baitul mal, tetapi dia tidak mengambilnya.” Begitulah, sejak mendengar sabda Rasulullah SAW itu, Hakim selamanya tidak mau mengambil sesuatu dari seseorang sampai ruhnya meninggalkan jasadnya…!. Samsul

Sumber : sunniyahsalafiyah

Dipublikasi di Sirah Nabawiyah | Meninggalkan komentar

Sifat Pemaaf Nabi SAW

Menatap keluhuran diri Nabi Muhammad SAW adalah sebuah keutamaan bagi setiap mus­lim. Maka tataplah dengan tatapan cinta dan kekaguman, seraya menyambangi ke­luhuran sikap beliau ini dalam kehi­dupan kita. Berikut ini hadits-hadits yang mengetengahkan perilaku keluhuran Beliau SAW.

Dari Aisyah RA, bahwasanya ia ber­kata kepada Nabi SAW, “Adakah satu hari yang lebih berat menimpamu dari­pada beratnya Perang Uhud?”

Beliau menjawab, “Sungguh, aku mendapatkan penderitaan dari kaummu. Adapun yang paling berat adalah pada hari `Aqabah. Tatkala aku menawarkan diriku kepada Ibnu Abi Yalil bin Kulal, ia tidak menjawab tawaranku sebagaimana harapanku. Lalu aku pergi dengan ke­ada­an sedih di raut mukaku. Sesampainya di Qarn ats-Tsa`alib aku sadar dan meng­angkat kepalaku. Saat itu aku dinaungi awan. Kemudian aku melihatnya dan padanya ada Jibril AS.

Ia menyeruku dan berkata, ‘Sesung­guhnya Allah Ta`ala telah mendengar per­kataan kaummu kepadamu dan me­reka tidak mempedulikanmu. Sesung­guh­nya telah diutus kepadamu malaikat penunggu gunung untuk engkau suruh dia apa saja yang kamu kehendaki untuk membalas mereka.’ Kemudian malaikat penjaga gunung itu mengucap salam dan berkata kepadaku, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Ta`ala telah men­dengar perkataan kaummu kepadamu dan aku adalah malaikat penjaga gunung. Tuhanku telah mengutusku kepadamu agar engkau suruh aku dengan perin­tah­mu, apakah yang engkau kehendaki? Jika engkau mau, aku hancurkan dua gu­nung itu atas mereka.’ Maka Nabi SAW berkata, ‘Sungguh aku masih berharap, semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi (keturunan) mereka orang-orang yang kelak beribadah kepada Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (Muttafaq ‘Alaih).

Syarah Hadits

Hadits di atas diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Mula Penciptaan bab Me­nyebut Malaikat dan kitab Tauhid bab “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”, sedangkan Muslim meriwayat­kannya dalam kitab Peperangan bab Siksaan yang Didapati Nabi SAW dari Orang-orang Musyrik dan Munafiq.

Dalam Perang Uhud, Nabi dan kaum muslimin mengalami kekalahan cukup telak. Bahkan beliau mengalami luka di wajah, patah tulang rahang, dan tercebur ke dalam lubang jebakan yang dibuat Abu Amr Ar-Rahib. Di samping itu, paman be­liau yang bernama Hamzah wafat dalam kejadian itu.

Sedangkan dalam peristiwa Aqabah telah disebutkan beliau sendiri di atas. Aqabah adalah sebuah tempat arah Thaif, yang dilalui beliau saat hijrah ke sana. Ada juga yang mengatakan, Aqa­bah yang dimaksud adalah suatu daerah dekat Mina, saat itu beliau menawarkan dirinya berdakwah bagi kabilah-kabilah di sana ketika musim haji. Adapun Qarn Tsa‘alib adalah sebuah tempat yang un­tuk menempuhnya butuh waktu sehari se­malam ke Makkah. Qarn Tsa‘alib juga tempat miqatnya jama’ah haji penduduk Najd.

Mulanya beliau berharap tawarannya untuk memohon bantuan dan pertolong­an dari kabilah tersebut dipenuhi, namun kenyataan pahit menimpa beliau. Mereka, yang dikomandoi Ibnu Abdi Yalil alias Mas‘ud dari kabilah Tsaqif ini, malah mencaci maki Nabi dengan ungkapan-ungkapan keji dan bahkan mencederai beliau.

Betapa beratnya beban yang dihada­pi Nabi. Sungguh tak terperikan! Hingga malaikat penjaga gunung menawarkan diri untuk turun tangan membalas sikap kabilah-kabilah itu, namun Rasulullah SAW dengan keluhuran akhlaqnya men­jawab tawaran itu, “Aku berharap, mudah-mudahan Allah Ta`ala melahirkan dari diri mereka kelak keturunan-keturunan yang menerima ajakan dakwah ini.”

Hadits ini menjelaskan betapa luhur­nya kasih sayang Rasulullah SAW ke­pada kaumnya dan kesabarannya atas penderitaan yang mereka timpakan ke­pada beliau. Beliau tidak marah atas de­rita dirinya atau mengancam dan men­den­dam atas derita itu, bahkan beliau tang­gung itu semua demi jalan dakwah dan berharap hanya kepada Allah Ta’ala. Beliau memang teladan bagi para pen­dakwah di setiap zaman!

Dari Anas RA, ia berkata, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW. Saat itu beliau membawa selimut Najran yang tebal pinggirannya. Lalu (kami) bertemu seorang Arab Badwi yang kemudian se­konyong-konyong menarik-narik selen­dang beliau dengan kuat. Aku lihat di leher beliau terdapat guratan luka akibat kuatnya tarikan selendang beliau (oleh si Badwi itu). Kemudian si Badwi ini berkata, ‘Hai Muhammad, berikanlah harta Allah yang ada padamu!’ Beliau menoleh ke­pada orang Badwi itu lalu tertawa. Lalu beliau menyuruh untuk memberikan per­mintaan orang Badwi itu.” (Muttafaq `Alaih).

Syarah Hadits

Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Pakaian bab Selimut dan Pakaian Halus dan kitab Adab bab Senyum dan Ketawa. Adapun Muslim me­riwayatkannya dalam kitab Zakat bab Memberi kepada Orang yang Meminta de­ngan Cara Keji dan Keras.

Demikianlah Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok teladan dalam bersikap. Sekalipun hal itu menyakitinya, beliau mem­beri maaf dengan senyuman dan bah­kan memberi apa yang dimilikinya ke­pada orang yang menyakitinya.

Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah orang yang perkasa itu orang yang jago berkelahi, namun sesungguhnya orang yang perkasa itu adalah orang yang dapat mengendalikan emosinya tatkala marah.” (Muttafaq `Alaih).

Syarah Hadits

Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari da­lam kitab Adab bab Waspada dari Marah, sedangkan Muslim meriwayat­kan­nya dalam kitab Kebajikan bab Orang yang Mengendalikan Emosinya saat Marah.

Kekuatan hakiki adalah kekuatan akh­­laq, yakni kemampuan menahan diri dari amarah sekalipun ia punya kemam­puan diri untuk membalasnya. Namun de­miki­an, Islam juga tidak mengesam­ping­kan kekuatan fisik selama demi amal kebaik­an.

Sumber Artikel : Dikutip dari Majalah Alkisah

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Tag | Meninggalkan komentar

Contoh akhlaq Rasulullah SAW

Tulisan Agus Sofyan, Kentucky,USA

Thumamah bin Uthal adalah pemimpin suku (bani) Hanifah dari daerah penghasil gandum terbesar di jazirah Arab pada saat itu, Yamamah. Thumamah tidak peduli dengan perseteruan antara Quraisy Makkah dan Prophet Muhammad SAW di Madinah; sampai dia menerima surat “ajakan” untuk menyembah Allah oleh Rasulullah. Thumamah langsung naik pitam. Darahnya mendidih karena marah dengan kelancangan Rasulullah “memerintahkan” dia, Thumamah si pemimpin besar bani Hanifa!. Saking marahnya Thumamah mengadakan beberapa kali gerakan rahasia membunuh Nabi SAW. Thumamah tidak pernah berhasil membunuh Nabi tapi berhasil membunuh beberapa Muslimins.

Pada saat musim haji (jaman sebelum Rasulullah, orang Arab juga berhaji tapi ritualnya beda), Thumamah pergi untuk berhaji. Dia tidak sadar kalau salah arah.Tak dinyana, dia berkemah di daerah kekuasan kaum Muslimin Madinah. Akhirnya dia tertangkap dan dibawa ke Masjid AnNabi dan diikat disalah satu pilar Masjid. Tak ada seorangpun dari pasukan yang menangkap Thumamah tahu kalau orang yang ditangkap adalah Thumamah, pemimpin bani Hanifa, yang sering menyerang Rasulullah dan pengikutnya.

Pada saat Rasulullah SAW datang untuk sholat Fajr dan melihat Thumamah terikat di pilar Masjid, beliau bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu kalau orang yang mereka tangkap adalah Thumamah? Para sahabat sangat kaget mendengarnya. Rasulullah SAW memerintahkan untuk memperlakukan Thumamah dengan baik. Beliau kemudian memimpin shoolat Fajr disaksikan oleh Thumamah!. Setelah sholat Fajr, Rasulullah pulang ke rumah dan meminta istrinya untuk memasak makanan yang lezat untuk Thumamah. Rasulullah sendiri memerah susu kambing untuk Thumamah. (Allahumma shalli ‘ala AnNabi!). Beliau memerintahkan penjaga tawanan untuk mengendorkan ikatan dan membeiarkan Thumamah menyantap hidangan lezat dan meminum susu kambing tsb dengan lahap. Setelah melihat Thumamah selesai dengan santapannya, Rasulullah bertanya: “Apa yang engkau inginkan wahai Thumamah?”. Thumamah terdiam sejenak. Rasa marah terhadap Rasulullah SAW hilang setelah merasakan sendiri perlakuan Rasulullah yang lembut thd dia. Kemudian dia berkata: “O Muhammad, aku serahkan urusanku padamu. Kalau engkau ingin membunuhku, maka aku siap. Kalau engkau membiarkan aku pergi dan menginginkan harta dariku, aku siap”. Rasulullah SAW tidak berkata apa-apa kemudian berjalan pergi meninggalkan Thumamah yang kebinguungan dengan sikap Rasulullah SAW tersebut.

Selama tiga hari Rasulullah SAW tidak menegur Thumamah. Tapi beliau terus memerintahkan untuk memperlakukan Thumamah dengan baik dan memberi makanan yang lezat kepadanya. (Note: Dalam Islam kita diwajibkan untuk melayani tamu kita dengan sangat baik. Yang dicontohkan Rasulullah terhadap Thumamah diluar dugaan dan kemampuan kita. Beliau bahkan memperlakukan “MUSUH” dengan sangat baik). Selama 3 hari 3 malam Thumamah menikmati hidangan lezat dan menikmati tayangan kehidupan Rasulullah dan sahabatnya di dalam Masjid. Thumamah menikmati tayangan sholat, tazkirah, tausiyah, rapat, dll kegiatan di dalam Masjid. Thumamah merasakan kesejukan luar biasa dalam dirinya dan “bahagia’ hidup sebagai tahanan perang Rasulullah SAW.

Setelah tiga hari membiarkan Thumamah menikmati semua hidangan dan tayangan, kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada Thumamah: “Apa yang engkau inginkan wahai Thumamah?”. Thumamah menjawab: “Wahai Muhammad, engkau tahu keputusanku. Terserah kepadamu. Kalau engkau hendak membunuhku, maka aku siap. Kalau engkau meminta harta dan membiarkan aku pergi, maka aku akan memenuhinya”. Rasulullah SAW tidak berkata apa-apa dan memerintahkan para sahabat untuk membebaskan Thumamah dengan damai. Thumamahpun pergi dengan perasaan campur aduk. Setelah keluar dari kota Madinah, dia duduk istirahat dan dengan perasaan campur aduk tadi merenung seorang diri di bawah pohon kurma. “Apa yang telah saya lakukan?” Seolah tersadar dari tidur, Thumamah kemudian berbalik arah dan kembali masuk kota Madinah dengan langkah mantap untuk menemui Rasulullah SAW. Para sahabat bingung dan khawatir ketika melihat Thumamah kembali.

Dihadapan Rrasulullah SAW, Thumamah mengucapkan sahadah dan berkata bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang sangat dia benci sebelumnya dan sekarang merupakan orang paling dia cinta. (Allahu Akbar!). Dia minta ijin utnuk tinggal di Madinah. Rasulullah SAW bertanya apa yang sedang Thumamah lakukan ketika tertangkap oleh pasukan Muslim beberapa hari yang lalu. Thumamah bilang bahwa dia dalam perjalanan untuk berhaji. Rasulullah SAW memerintahkan Thumamah untuk melanjutkan perjalanan haji tsb dan mengajarkan Thumamah “ritual haji yang benar sesuai tuntunan Islam”. Rasulullah juga melarang Thumamah tinggal di Madinah. Lebih baik Thumamah kembali ke kaumnya dan mengajak kaumnya ke jalan Islam.

Kafir Quraisy terkejut ketika melihat ritual haji Thumamah. Mereka menasehati Thumamah yang dianggap telah gila mengikuti ajaran Muhammad SAW. Namun, taka ada seorang Quraisypun berani “macem-macem” dengan Thumamah. Mereka sadar kalau mereka ganggu Thumamah maka “Pasokan gandum” dari Yamamah akan terhenti, padahal Mekkah belum swa-sembada gandum saat itu. Thumamah berkata pada kafir Quraisy apabila mereka tidak ikut ritual dia, dia janji akan menghentikan pasokan gandum. Tentu saja tak satupaun kafir Quiraisy yang mau ikut ritual “aneh” Thumamah.

Ketika kembali dari hajj, Thumamah langsung memenuhi janjinya untuk menyetop “pasokan gandum ke Makkah”. Kafir Quraisy di Makkah menjadi sangat kesulitan dan mulai merasakan akibat “embargo gandum” Thumamah tsb. Mereka kemudian menulis surat ke Rasulullah SAW untuk meminta Thumamah menghentikan embargo gandum tsb. Rasulullahg SAW adalah “rahmatan lil ‘alamin”. Dengan rasa kasih sayang kepada semua insan, Rasulullah SAW meminta Thumamah membuka kembali “kran” gandum ke Makkah.

Sumber : Disini

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Meninggalkan komentar

Rindu Kepada Rasulullah saw‏

Pun rindu kita kepada Rasulullah saw. Bersama iman yang bersemayam dalam hati, rindu kita kepada beliau akan membawa kita berjumpa dengan beliau kelak di Surga-Nya.
 
Dalam kisah orang-orang shalih, disebutkan sebuah riwayat yang terpercaya tentang seseorang yang sangat rindu kepada Rasulullah saw. Lelaki itu tak pernah tidur kecuali setelah air matanya mengalir karena rindunya yang ingin berjumpa dengan Rasulullah saw.
 
Kerinduan yang menggelora itu, akhirnya membuat dia sering melihat Rasulullah dalam mimpi. Suatu malam, ia kembali bermimpi melihat Rasulullah. Dalam mimpi itu, ia merasa seolah berada di padang mahsyar. Di sana ia melihat kumpulan manusia memenuhi padang mahsyar, mereka saling berdesakan, saling tindih satu sama lain. Masing-masing dengan wajah yang telah berubah, sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Semuanya terlihat dalam keadaan sangat bingung. Ketika itulah tiba-tiba barisan para malaikat melintas, lalu lewat pula rombongan Rasulullah saw. bersama para nabi, syuhada, para wali dan orang-orang shalih. Lelaki shalih tadi hanya bisa melihat dari kejauhan dan tidak bisa mendekat kepada Rasulullah saw karena desakan para malaikat yang menghalangi orang-orang untuk bisa mendekat. Ketika barisan para malaikat itu melintas maka lewatlah Rasulullah.
 
Lelaki shalih itu juga tidak bisa mendekat, apalagi berbicara dengan beliau. Maka ia, dalam mimpi itu, berkata kepada orang yang berada di sebelahnya, “Jika kelak kamu bertemu dengan Rasulullah maka sampaikan salamku bahwa aku rindu kepadanya. Dulu di masa hidupku di dunia, aku selalu merindukan Rasulullah. Dan jika aku masuk neraka, sampaikan pula kepada beliau, bahwa aku telah berada di tempat yang layak untukku (neraka), sebagai orang yang banyak dosa.”
 
Setelah berkata demikian, barisan yang melintas tadi tiba-tiba berhenti karena Rasulullah berhenti, kemudian beliau berbalik dan berkata, “Wahai Fulan, aku tidak melupakan orang-orang yang merindukanku.” Beliau lalu membuka kedua tangannya, kemudian orang itu berlari dan memeluk sang Nabi Muhammad saw dan menciuminya.
 
Mimpi bertemu dengan Rasul adalah mimpi yang benar. Dan mimpi orang-orang shalih mengandung pelajaran yang kita bisa petik manfaatnya. Terlebih dari orang-orang yang teramat cinta dan rindu kepada Rasulullah saw, Allah pasti berikan hikmah dan keberkahan dalam hidupnya, yang bisa menjadi pelajaran bagi hidup kita.
 
Dikutip dari Majalah Tarbawi, Edisi 302 Th. 15, Syawal 1434, 5 September 2013
Dipublikasi di Rasulullah SAW | Meninggalkan komentar

Bergembira menyambut kelahiranRasulullah

Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Pujian terhadap Nabi Muhammad merupakan satu hal yang dilakukan oleh sahabat, bahkan di hadapan Rasulullah. Dibanyak hadist disebutkan bahwa banyak orang dan penyair yang datang kepada Rasul dan mengucapkan syair yang berisikan pujian terhadap Rasulullah,maka Rasul pun menyambut mereka dan menghormati mereka, serta menyambut baik atas pujian mereka.Sebab beliau tahu bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ridho beliau, yang mana mencari ridho Rasul merupakan jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala. Dan mereka,para sahabat Rasulullah, bagaimana tidak memuji Rasulullah, sedangikan Allah sendiri memuji Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam.

Kegembiraan terhadap kelahiran Rasul merupakan hal yang baik di dalam syariat. Bahkan mengenang kisah kelahiran Nabi atau Rasul merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran. Sehingga di dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang kelahiran Nabi Isa alaihi salam, juga tentang kelahiran Nabi Musa alaihi salam. Yang mana Allah menceritakan itu semua secara mendetail. Apabila Allah menceritakan kisah kelahiran mereka para Nabi, maka mengapa kita tidak boleh mengenang kisah kelahiran pemimpin sekalian Nabi dan Rasul?

Rasulullah menceritakan bahwa Allah Ta’ala meringankan adzab terhadap Abu Lahab di neraka pada setiap hari Senin, dikarenakan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad sehingga ia membebaskan budaknya yang bernama Ummu Aiman yang membawa kabar gembira tersebut kepadanya. Hadist ini disebutkan di dalam Ash-Shahih Al-Bukhori .Padahal Abu Lahab adalah seorang yang kafir yang disebutkan akan kebinasaannya di dalam Al-Quran, sehingga turun surat khusus untuk menceritakan tentang kebinasaannya.Akan tetapi Allah tidak melupakan kegembiraannya dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga meringankan adzab baginya setiap hari Senin, hari kelahiran Rasulullah.

Maka bagaimana halnya dengan seorang hamba yang mukmin, yang seumur hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah dan meninggal dalam keadaan Islam? Pastilah derajat yang besar bagi mereka.Sebagaimana Allah berfirman,“Katakanlah (hai Muhammad)bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah dengan hal itu, itu (kegembiraan kalian) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Kegembiraan dengan rahmat dan karunia Allah dituntut oleh Al-Quran,dan kegembiraan tersebut lebih mahal dan lebih berharga dari apa yang dikejar-kejar dan dikumpulkan manusia, baik itu harta ataupun kedudukan.Karena itu, di bulan kelahiran Rasul yang mulia ini, hendaknya kita memperkuat hubungan kita dengan Rasulullah, dengan menghidupkan sunnah beliau, mengenal riwayat hidup beliau, menanamkan kecintaan terhadap beliau, dalam lubuk hati kita serta keluarga kita, menjadikan Rasulullah sebagai idola yang tertinggi dan paling dekat dengan umat islam,serta memperbanyak shalawatkepada beliau.

sumber : bisyarah.wordpress.com

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Tag , , | Meninggalkan komentar

UTBAH BERNEGOSIASI DENGAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHIWA SALLAM

Usulan Utbah untuk Bernegosiasi dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu lshaq berkata bahwa Yazid bin Ziyad berkata kepadaku dan Muhammad bin Ka’ab bin Al-Quradzi yang berkata bahwa aku pernah diberitahu bahwa Utbah bin Rabi’ah sang tokoh berkata ketika ia sedang duduk di tempat DaarAn-Nadwah (balai pertemuan) orang-orang Quraisy dan ketika itu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam sedang duduk sendiri di masjid,

“Hai orang-orang Quraisy, bagaimana kalau aku pergi kepada Muhammad kemudian berbicara dengannya dan mengajukan tawaran-tawaran? Siapa tahu ia menerima sebagiannya kemudian kita berikan apa yang diminta selanjutnya ia akan menghentikan aktivitasnya?”

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Rasulullah SAW, Sirah Nabawiyah | Tag , , , | Meninggalkan komentar

Cara Rasulullah SAW Berbicara.

Hasan bin Ali r.a bercerita : “Aku bertanya kepada pamanku Hind bin Abi Halah.Ia adalah seorang ahli dalam meriwayatkan tentang sifat Rasululah saw.

Tanyaku : Ceritakan kepadaku cara Rasulullah saw berbicara?
pamanku menjawab : Rasulullah saw adalah seorang yang banyak mengenyam kesusahan.beliau selalu berpikir(bahkan hampir) tidak sempat beristirahat santai.
beliau lebih banyak diam(tidak berbicara),beliau tiada berbicara kecuali apabila perlu.membuka dan menutup pembicaraannya dengan menyebut nama Allah swt.

isi pembicaraanya padat dengan makna, kata-katanya jelas,tiada yang sia-sia dan tiada pula yang kurang dipahami.

beliau tiada berlaku kasar dan tiada pernah menghina.nikmat Allah swt dibesarkannya walau pun hanya sedikit.selain itu beliau tak pernah mencaci makanan dan minuman.juga tak pernah memujinya.

Tidaklah dunia menjadikannya marah dan tidak pula beliau marah karena dunia.bila kebenaran dilanggar orang,maka tidak ada sesuatu yang akan mampu menahan amarahnya sampai beliau dapat memenangkan kebenaran itu.beliau tidak akan marah kalau hanya karena dirinya dan tidak pula beliau akan membela diri beliau sendiri.

Bila beliau menunjuk (sesuatu),beliau tunjuk dengan tangan seutuhnya(bukan hanya dengan jari).bila beliau kagum beliau balikan tanganya.bila beliau bercakap-cakap,beliau hubungkan tangan dan dipukulkan telapak tanganya yang kanan keperut ibu jarinya yang kiri.Bila beliau marah,beliau akan memalingkan wajahya,sedangkan bila beliau senang dipejamkan matanya.Sebesar-besar ketawanya hanya senyum.bila beliau tertawa,kelihatan manis sekali bagai butiran salju(terlihat giginya yang putih).”

[Diriwayatkan oleh sufyan bin waki’,dari Jumai bin ‘Umar bin Abdurrahman al ‘Ijli,ia berkata bahwa ia mendengar dari seorang laki-laki Bani Tamim yang katanya dari putra abi halah suami kadijah Ummul mukminin sebelum menjadi istri Rasulullah saw yakni aba Abdullah yang bersumber darihasan bin Ali K.W]

sumber : As syamail Imam Tarmidzi.

Dipublikasi di Rasulullah SAW | Tag | Meninggalkan komentar