Peristiwa Hunain

Kejadian mulia di bulan syawal tahun ke 8 Hijriyah, ketika para kuffar diluar Makkah mendengar peristiwa Fath Makkah, maka Malik bin Auf Annadhariy berkumpul bersama kelompok Hawazin, Tsaqif dll untuk berpadu melawan muslimin sebagai pembalasan atas kejadian Fatah Makkah yg terjadi di akhir bulan ramadhan pada tahun yg sama, maka Rasul saw keluar menuju Medan Hunain pada tanggal 6 Syawal tahun ke 8 Hijriyah bersama 12.000 muslimin.

Pasukan Kuffar telah menyiapkan perangkap licik atas muslimin, sebagaimana di masa itu bahwa peperangan selalu diadakan dengan kejujuran dan ksatria, saling berhadapan kedua pasukan dan peperangan dimulai dengan aba aba, namun kali ini kuffar berusaha berbuat kelicikan demi kemenangan mereka, Maka ketika pasukan muslimin sampai di Medan Hunain, mereka tak melihat seorangpun pasukan musyrikin, namun tiba tiba keluarlah ribuan pasukan musyrik dari balik batu dan celah celah bukit dan tanah, mereka langsung menghujani pasukan muslimin dengan ribuan panah, dan kacau balaulah pasukan muslimin.

Ribuan pasukan muslimin itu berhamburan kesana kemari menghindari ribuan serangan panah itu dan mereka meninggalkan shaf, maka disaat yg demikian genting itu Rasul saw berteriak dengan kerasnya : “Berkumpullah padaku wahai para muslimin..!, aku Muhammad keturunan Abdumuttalib..!”, seruan ini tidak lain agar menyatukan kembali semangat muslimin yg berhamburan terkena serangan panah,

Namun karena kacau balaunya keadaan maka sebagian besar muslimin tak sempat mendengarkan komando tsb, dan tersisalah sekitar 120 orang saja dari Muhajirin dan Anshar, diantara mereka adalah para sahabat besar dan ahlulbait beliau saw yaitu Abubakar shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Ali bin Abi Thalib kw, dan Abbas bin Abdulmuttalib ra yg terus mengitari Rasul saw, melihat keadaan itu maka Rasul saw bukanlah lari bersembunyi menghindari kemungkinan serangan musuh yg akan tertuju kepada beliau saw, namun beliau saw justru maju sendiri menyerang musuh seraya berkata : “Aku Nabi yg tak berdusta.., aku keturunan Abdulmuttalib..! (Shahih Bukhari), Maka perbuatan Rasulullah saw ini mengembalikan semangat mereka yg terpecah belah, hingga sedikit demi sedikit mereka mulai kembali ke shaf dan berpadu kembali, peperangan berakhir dengan kemenangan muslimin..

Sekembalinya dari perang hunain, Rasul saw membagi bagi ghanimah kepada banyak muslimin, terkecuali Anshar, beliau saw tak memberi bagian pada Anshar, maka ada beberapa kaum Anshar yg berkata : “Jika dalam kesulitan kamilah yg dipanggil, namun saat pembagian Ghanimah kami tak diberi”, ketika ucapan ini sampai kepada Nabi saw, maka Rasul saw mengumpulkan kaum Anshar, seraya berkata : “Aku berikan dunia untuk mereka, dan aku berikan diriku untuk kalian wahai kaum Anshar, cukupkah diriku ini yg kuberikan untuk kalian..?, mereka pulang membawa harta sedangkan kalian pulang mendapatkanku.., cukupkah bagi kalian..?”, maka kaum Anshar bertakbir, seraya menjawab.., cukup wahai Rasulullah.., sungguh inilah anugerah terbesar bagi kami..!

Demikianlah ciri pemimpin yg penyantun, pemimpin yg mulia, pemimpin yg sangat bijaksana, padahal bisa saja Nabi saw berkata dg tegas : “kalian adalah orang berada, kalian tidak berhak atas harta ini!”, namun beliau saw yg lemah lembut, sangat menjaga perasaan, maka beliau saw berucap dg sedemikian indahnya demi menenangkan kaum Anshar.

Sumber ;  majelisrasulullah

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Rasulullah SAW dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar