Sirah Nabawiyah(10)

Hijrah Pertama Dalam Islam

Ketika Nabi saw melihat keganasan kaum musyrik kian hari kian bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada kaum Muslim, maka beliau berkata kepada mereka;

“ Alangkah baiknya jika kamu dapat berhijrah ke negeri Habasyiah, karena di sana terdapat seorang raja yang adil sekali. Di bawah kekuasaannya tidak seorang pun boleh dianiaya. Karena itu pergilah kamu ke sana sampai Allah memberikan jalan keluar kepada kita, karena negeri itu adalah negeri yang cocok bagi kamu.“

Maka berangkatlah kaum Muslimin ke negeri Habasyiah demi menghindari fitnah, dan lari menuju Allah dengan membawa agama mereka. Hijrah ini merupakan hijrah partama dalam Islam. Di antara kaum muhajir yang terkenal ialah : Ustman bin Affan beserta istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair dan Abdurahaman bin Auf. Sampai akhirnya para shabat Rasulullah saw sebanyak delapan puluh lebih berkumpul di Habasyiah.

Ketika kaum Quraisy mengetahui peristiwa ini, mereka segera mengutus Abdulah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin Ash (sebelum masuk Islam) menemui Najasyi dengan membawa berbagai macam hadiah. Hadiah-hadiah ini diberikan kepada sang raja, para pembantu dan pendetanya, dengan harapan agar mereka menolak kehadiran kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kaum musyrik Mekkah.

Ketika kedua utusan ini berbicara kepada Najasyi tentang kaum Muhajir tersebut, sebelumnya kedua utusan ini telah melobi para pembantunya dan uskupnya seraya menyerahkan hadiah yang dibawanya dari Mekkah, ternyata Najasyi menolak untuk menyerahkan kaum Muslimin kepada kedua utusan tersebut sebelum dia menanyai mereka tentang agama baru yang dianutnya. Kemudian kaum Muslimin dan kedua utusan tersebut dihadapkan kepada Najasyi.

Raja Najasyi bertanya kepada kaum Muslimin; “Agama apakah yang membuat kamu meninggalkan agama yang dipeluk masyarakatmu? Dan kamu tidak masuk ke dalam agamaku dan agama lainnya ?“

Ja’far bin Abi Thalib, selaku juru bicara kaum Muslimin, menjawab; “Baginda raja, kami dahulu adalah orang-orang jahiliyah, menyembah berhala, makan bangkai, berbuat kejahatan, memutuskan hubungan persaudaraan, berlaku buruk terhadap tetangga dan yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengutus seorang Rasul kepada kami, orang yang kami kenal asal keturunannya, kesungguhan tutur katanya, kejujurannya, dan kesucian hidupnya. Ia mengajak kami supaya mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun juga. Ia memerintahkan kami supaya berbicara benar, menunaikan amanat, memelihara persaudaraan, berlaku baik terhadap tetangga, menjauhkan diri dari segala perbuatan haram dan pertumpahan darah, melarang kami berbuat jahat, berdusta dan makan harta milik anak yatim. Ia memerintahkan kami supaya shalat dan berpuasa. Kami kemudian beriman kepadanya, membenarkan semua tutur katanya, menjauhi apa yang diharamkan olehnya dan menghalalkan apa yang dihalalkan bagi kami. Karena itulah kami dimusuhi oleh masyarakat kami. Mereka menganiaya dan menyiksa kami, memaksa kami supaya meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala. Ketika mereka menindas dan memperlakukan kami dengan sewenang-wenang, dan merintangi kami menjalankan agama kami, kami terpaksa pergi ke negeri baginda. Kami tidak menemukan pilihan lain kecuali baginda, dan kami berharap tidak akan diperlakukan sewenang-wenang di negeri baginda.“

Najasyi bertanya; “Apakah kamu dapat menunjukkan kepada kami sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah saw dari Allah?“

Ja’far menjawab; “Ya“.

Ja’far membacakan surat Maryam. Mendengar firman Allah itu Najasyi berlinangan air mata. Najasyi lalu berkata; “Apa yang engkau baca dan apa yang dibawa oleh Isa sesungguhnya keluar dari pancaran sinar yang satu dan sama.“ Kemudian Najasyi menoleh kepada kedua orang utusan kaum musyrik Quraisy seraya berkata; “Silahkan kalian berangkat pulang. Demi Allah mereka tidak akan kuserahkan kepada kalian.“

Keesokan harinya utusan kaum musyrik itu menghadap Najasyi.

Kedua utusan itu berkata kepada Najasyi; “Wahai baginda raja, sesungguhnya mereka menjelek-jelekan Isa putra Maryam. Panggillah mereka dan tanyakanlah pandangan mereka tentang Isa.“

Kemudian mereka dihadapkan sekali lagi kepada Najasyi untuk ditanya tentang pandangan mereka terhadap Isa al-Masih.

Ja’far menerangkan; “Pandangan kami mengenai Isa sesuai dengan yang diajarkan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan Allah, Ruh Allah dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada perawan Maryam yang sangat tekun bersembah sujud.“

Najasyi kemudian mengambil sebatang lidi yang terletak di atas lantai, kemudian berkata; “Apa yang engkau katakan tentang Isa tidak berselisih, kecuali hanya sebesar lidi ini.“

Kemudian Najasyi mengembalikan barang-barang hadiah dari kaum musyrik Quraisy kepada utusan itu. Sejak saat itulah kaum Muslimin tinggal di Habasyiah dengan tenang dan tenteram. Sementara kedua utusan Quraisy itu kembali ke Mekkah dengan tangan hampa.

Setelah beberapa waktu tinggal di Habasyiah, sampailah kepada mereka berita tentang masuk Islamnya penduduk Mekkah. Mendengar berita ini mereka segera kembali ke Mekkah, hingga ketika sudah hampiir masuk ke kota Mekkah, mereka baru mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar. Karena itu, tidak seorang pun dari mereka yang masuk ke Mekkah, kecuali dengan perlindungan (dari salah seorang tokoh Quraisy) atau dengan sembunyi-sembunyi. Mereka seluruhnya berjumlah tiga puluh orang. Di antara mereka yang masuk ke Mekkah dengen perlindungan ialah Ustman bin Mazh’un ia masuk dengan jaminan perlindungan dari al-Walid bin al-Mughira, dan Abu Salamah dengan jaminan perlindungan Abu Thalib.

[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]

Sumber : daffodilmuslimah

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Sirah Nabawiyah dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar