Sirah Nabawiyah(14),Isra’ dan Mi’raj

Mu’jizat Isra’ dan Mi’raj
Isra’ ialah perjalanan Nabi saw dari Masjidil al-Haram di Mekkah ke Masjidil al-Aqsha di al-Quds. Mi’raj ialah kenaikan Rasulullah saw menembus beberapa lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, Malaikat, manusia dan jin. Semua itu ditempuh dalam sehari semalam.

Terjadi silang pendapat tentang sejarah terjadinya mu’jizat ini. Apakah pada tahun kesepuluh kenabian ataukah sesudahnya? Menurut riwayat Ibnu Sa’d di dalam Thabaqat-nya peristiwa ini terjadi delapan belas bulan sebelum hijrah.

Jumhur kaum Muslim sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan Rasulullah saw dengan jasad dan ruh. Karena itu, ia merupakan salah satu mu’jizatnya yang mengagumkan yang dikaruniakan Allah kepadanya.

Kisah perjalanan ini disebutkan oleh Bukhari dan Muslim secara lengkap di dalam shahihnya. Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini Rasulullah saw menunggang Buroq yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Disebutkan pula bahwa Nabi saw memasuki Masjidil al-Aqsha lalu shalat dua raka’at di dalamnya. Kemudian Jibril datang kepadanya seraya membawa segelas khamar dan segelas susu. Lalu Nabi saw memilih susu. Setelah itu Jibril berkomentar, “Engkau telah memilih fitrah.“ Dalam perjalanan ini Rasulullah saw naik ke langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke Sidratul-Muntaha. Di sinilah kemudian Allah mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan di antaranya kewajiban shalat lima waktu atas kaum Muslim, dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam.

Keesokan harinya Rasulullah saw menyampaikan apa yang disaksikan kepada penduduk Mekkah. Tetapi oleh kaum musyrik berita ini didustakan dan ditertawakan. Sehingga sebagian mereka menantang Rasulullah saw untuk menggambarkan Baitul -Maqdis, jika benar ia telah pergi dan melakukan shalat di dalamnya. Padahal ketika menziarahinya, tidak pernah terlintas dalam pikiran Rasulullah saw untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. Kemudian Allah swt memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul-maqdis di hadapan Rasulullah saw sehingga dengan mudah beliau menjelaskannya secara rinci.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Ketika kaum Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Isma’il), lalu Allah memperlihatkan Baitul-Maqdis kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat.”

Berita ini oleh sebagian kaum musyrik disampaikan kepada Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya. Tetapi ternyata Abu Bakar menjawab, “Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, maka dia telah berkata benar dan sungguh aku membenarkan lebih dari itu.“

Pada pagi harinya di malam Isra’ itu Jibril datang kepada Rasulullah saw mengajarkan cara shalat dan menjelaskan waktu-waktunya. Sebelum disyariatkannya shalat lima waktu, Rasulullah saw melakukan shalat dua ra’kaat di pagi hari dan dua raka’at di sore hari sebagaimana dilakukan oleh Ibrahim as.

Artikel Terkait Mengenai isra’ mi’raj klik disini

[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]
Sumber : daffodilmuslimah


Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Sirah Nabawiyah dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar