Al Habib Umar Bin Salim Bin Hafdz

Al-Habib ‘Umar bin Hafiz qs adalah salah seorang ‘ulama ahl-sunnah wal jama’ah dari Hadramaut, Yaman. Beliau adalah termasuk Ahl l-Bait, keturunan langsung dari Rasulullah salla-Allahu ‘alayhi wasallam dari Sayyidina Husain ‘alaihissalam. ‘Ulama-ulama Hadramaut telah banyak mempengaruhi perkembangan Islam di Indonesia, termasuk terkait dengan masuknya Islam di Indonesia lewat praktik tasawwuf.

Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh bin Syeikh Abu Bakar ini sungguh merupakan hadiah dari Allah untuk kaum muslimin. Beliau adalah pendidik, sekaligus ahli dakwah. Tahun 1993, beliau berdakwah ke berbagai kota di Indonesia. Usia beliau saat itu 32 th. Masyarakat Indonesia terpesona melihat kesalehan, keluhuran pekerti dan keluasan ilmunya. Beberapa orang tua, sebagian dari kalangan pondok pesantren, lalu mempercayakan pendidikan anak mereka kepada beliau.

Tahun 1998, beliau kembali ke Indonesia menyerahkan sendiri 30 anak yang telah dititipkan kepada beliau setelah dididik dan digembleng di pondoknya. Murid-murid Habib Umar ini sekarang terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dakwah: mengajar, berceramah, membuka majelis taklim, mengadakan berbagai pendidikan kilat, mencetak buku-buku pedoman pengajaran, dll. Mereka mengadakan pertemuan secara periodik untuk mengembangkan dakwah dan menjaga kekompakan.

Mereka saling berkomunikasi dan menjaga hubungan dengan almamaternya, Darul Musthafa, yang sekarang menampung kurang lebih 200 pelajar Indonesia.

Meski Habib Umar berasal dari tempat yang terpencil, Tarim, Hadhramut, namun gema dakwahnya sampai ke Mekah, Madinah, Oman, Bahrain, Yordania, beberapa negara di Afrika, India, Malaysia, Amerika, Inggris, Kanada, dll. Dalam

sebagian kunjungan itu, CNN, BBC, stasiun TV Bahrain mengambil kesempatan untuk mewawancarainya.

Kendati masih muda, beliau disegani para ulama, tua maupun muda. Beliau juga dikenal sebagai pemuda yang tak kenal lelah. Setiap tarikan nafas, setiap energi yang dikeluarkan tubuhnya digunakan untuk mengajar, berdakwah dan beribadah. Kader-kader Darul Musthafa terus mengalir ke berbagai belahan dunia. Dan kehadiran mereka selalu disambut gembira.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Darul Musthafa memiliki nama harum dan berkembang pesat, tetapi faktor yang paling menonjol adalah karena pondok ini dikelola oleh seorang pengasuh yang memenuhi segala persyaratan. Habib Umar adalah seorang alim yang mengamalkan ilmunya. Beliau memiliki visi jauh ke depan; menerapkan dengan ketat managemen dakwah dan pendidikan. Beliau sangat dicintai murid-muridnya sehingga memudahkan beliau untuk mengolah, menempa, dan mencetak kader-kadernya sebelum diterjunkan dalam masyarakat. Beliau menjaga murid-muridnya, dekat maupun jauh, seperti seorang ayah terhadap anak-anaknya.

Diantara Nasihat dan kalam beliau:

“Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi [di sisi Allah, red.], orang-orang yang cahayanya berkilauan. Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah) bersabda, Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.”

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat beliau. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang beliau. Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan beliau. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya.

Merekalah pemegang sir setelah nabi.

Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.

Mereka itu seperti Sayidina Al-Haddad yang telah disifatkan oleh Sayidina Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qashidahnya:

“Karena dia sejuklah mata hati Nabi Muhammad. Bagi beliau ia adalah sebaik-baik keturunannya, panutan para pengikut, ka bah orang yang meniti jalan, dan kebanggaan penduduk desanya. Nasihat-nasihatnya menebarkan pengetahuan.

Menghinakan si sesat dan si pembuat kerusakan. Kasih sayangnya meliputi semua umat. Darinya mereka mengambil manfaat dengan sebaik-baik pengambilan manfaat.”

“Dialah cucu yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal para pejuang dan pemberani. Dialah penyalur asrar dan ilmu mereka kepada keluarga dan anak keturunannya. Maka semua yang bersuluk setelahnya bersinar dengan cahaya beliau yang benderang.”

Cahaya ini tak akan padam. Mengapa? Sebab Allah-lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya! Tak ada sebab lain. Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah SWT? Demi Allah, cahaya itu tak akan padam! Tetapi, betapa menyedihkan, di antara kita terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu, yaitu orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan mereka. Mereka masuk ke dalam kelompok lain. Habib Ali berkata:

“Siapa tak menempuh jalan leluhurnya pasti kan bingung dan sesat. Wahai anak-cucu nabi, tempuhlah jalan mereka.

tapak demi tapak dan jauhilah segala bid ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah dibanding kaum arifin? Dibanding para imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasul SAW dibanding mereka?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang di antara kalian. Bersiaplah menolong jalan mereka.

Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia, timur maupun barat, Arab maupun Ajam, Amerika, Eropa maupun Rusia.

Di sana bendera keluarga Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir akan berkibar, bendera ahli thoriqoh ini. Mereka memiliki para penolong yang berkedudukan tinggi. Namun mereka yang tidur, nyenyak dalam tidurnya; yang duduk berpangku tangan, terus duduk saja. Cukup sudah orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah dengan sidq. Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah kalian.

Bagaimana kalian ini?! Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian tiap hari yang terdengar hanya berita mengenai orang-orang kafir, orang-orang fasik dan para bintang film?! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!

Namun saat ini sinetron, wanita-wanita fasik dan kafirlah yang mendidik anak-anak kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV sehingga mereka tak kenal lagi Fatimah Zahra, bagaimana beliau, bagaimana pakaiannya, bagaimana kezuhudannya, bagaimana ibadahnya. Mereka tidak lagi mengenal putri-putri nabi: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu istri-istri nabi: Khodijah binti Khuwailid, Aisyah As-Shiddiqah, dll.

Kalian meniru orang-orang durhaka padahal kalian muslim, mukmin, memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Kalian mengganti teladan yang telah diridhoi Allah untuk kalian:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik. (QS Al-Ahzab, 33:21)

Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?

Wahai saudaraku, dalam buku catatan amal tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas, siapakah yang akan menghapusnya? Bertobatlah kepada Allah.

Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan

kesalahan-kesalahan. (QS Asy-Syuura, 42:25).

Nasab Beliau :

Beliau adalah al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Abd Allah bin Abi Bakr bin ‘Aidarous bin al-Hussain bin as-Shaikh Abi Bakr bin Salim bin ‘Abd-Allah bin ‘Abd-al-Rahman bin ‘Abd-Allah bin al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman Al-Saqqaf bin Muhammad Maula al-Daweela bin ‘Ali bin ‘Alawi bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Sahib al-Mirbat bin ‘Ali Khali’ Qasam bin ‘Alawi bin Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Ubaidillah bin al-Imam al-Muhajir ila Allah Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad bin ‘Ali al-’Uraidi bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zain al-’Abidin bin Hussain putra ‘Ali bin Abi Thalib dan putra Fatimah binti Muhammad SAW, cucu Rasulullah Salla-Allahu ‘alaihi wa aalihi wasallam.

Sumber : http://www.addhiyaullami.org

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Habaib dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar