Sirah Nabawiyah(19),Tiba di Quba

Tiba di Quba’
Sesampainya di Quba’ Rasulullah saw disambut dengan gembira oleh para penduduknya, dan tinggal di rumah Kaltsum bin Hidam selama beberapa hari. Di sinilah Ali bin Abi Thalib menyusul Rasulullah saw setelah mengembalikan barang-barang titipan kepada para pemiliknya. Kemudian Rasulullah saw membangun mesjid Quba’, mesjid yang disebut Allah sebagai “mesjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama.“

Setelah itu Rasulullah saw melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Menurut al-Mas’udi Rasulullah saw memasuki Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di sini Rasulullah saw disambut dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Anshar. Setiap orang berebut memegang tali untanya, karena mengharapkan Rasulullah saw sudi tinggal di rumahnya, sehingga Rasulullah saw berpesan kepada mereka, “Biarkan saja tali unta itu karena ia berjalan menurut perintah.“ Unta pun terus berjalan memasuki lorong-lorong Madinah hingga sampai pada sebidang tanah tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim dari bani Najjar di depan rumah Abu Ayyub al-Ansary. Rasulullah saw bersabda: “Di sinilah tempatnya insya Allah.“ Lalu Abu Ayyub segera membawa kendaraan itu ke rumahnya, dan menyambut Nabi saw dengan penuh bahagia. Kedatangan nabi saw ini juga disambut dengan gembira oleh gadis-gadis kecil bani Najjar seraya bersenandung :
“Kami gadis-gadis dari bani Najjar, Kami harap Muhammad menjadi tetangga kami.“

Mendengar senandung ini Rasulullah saw bertanya kepad mereka, “Apakah kalian mencintaiku?“ Jawab mereka, “Ya.“ Kemudian Nabi saw bersabda: “Allah mengetahui bahwa hatiku mencintai kalian.“
Di Rumah Abu Ayyub Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari beberapa sanad dengan lafadzh yang hampir bersamaan, bahwa Abu Ayyub ra berkata, “Ketika Rasulullah saw tinggal di rumahku, beliau menempati bagian bawah rumah, sementara aku dan Ummu Ayyub di bagian atas. Kemudian aku katakan kepadanya, “Wahai Nabi Allah, aku tidak suka dan merasa berat tinggal di atas engkau, sementara engkau berada di bawahku. „ Tetapi Nabi saw menjawab, “Wahai Abu Ayyub, biarkan kami tinggal di bawah, agar orang yang bersama kami dan orang yang ingin berkunjung kepada kami tidak perlu susah payah.“

Selanjutnya Abu Ayyub menceritakan: Demikianlah Rasulullah saw tinggal di bagian bawah sementara kami tinggal di bagian atas. Pada suatu hari, gentong kami yang berisi air pecah, maka segeralah aku dan Ummu Ayyub membersihkan air itu dengan selimut kami yang satu-satunya itu, agar air tidak menetes ke bawah yang dapat mengganggu beliau. Setelah itu aku turun kepadanya meminta agar beliau sudi pindah ke atas, sehingga beliau bersedia pindah ke atas.

Pada kesempatan lain Abu Ayyub menceritakan: Kami biasa membuatkan makanan malam untuk Nabi saw. Setelah siap makanan itu, kami kirimkan kepada beliau. Jika sisa makanan itu dikembalikan kepada kami, maka aku dan ummu Ayyub berebut pada bekas tangan beliau, dan kami makan bersama sisa makanan itu untuk mendapatkan berkat beliau. Pada suatu malam kami mengantarkan makanan malam yang kami campuri dengan bawang merah dan bawang putih kepada beliau, tetapi ketika makanan itu dikembalikan oleh Rasulullah sw kepada kami, aku tidak melihat adanya bekas tangan yang menyentuhnya. Kemudian dengan rasa cemas aku datang menanyatakan, “Wahai Rasulullah saw, engkau kembalikan makanan malammu, tetapi aku tidak melhat adanya bekas tanganmu. Padahal, setiap kali engkau mengembalikan makanan, aku dan Ummu Ayyub selalu berebut pada bekas tanganmu, karena ingin mendapatkan berkat.“ Nabi saw menjawab, “Aku temui pada makananmu itu bau bawang, padahal aku senantiasa bermunajat kepada Allah. Tetapi untuk kalian makan sajalah.“ Abu Ayyub berkata : Lalu kami memakannya. Setelah itu kami tidak pernah lagi menaruh bawang merah atau bawang putih pada makanan beliau.

[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]
Sumber : daffodilmuslimah

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Sirah Nabawiyah dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar