Kasih Sayang Illahi

Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bahwasannya Allah berkata, “Aku telah persiapkan untuk hamba-hambaKu yang sholeh sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah pula terlintas dalam hati manusia” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang menerima karunia yang datang dari Yang Maha Penyayang dan kasih sayang yang dipunyai oleh Allah adalah untuk hamba-hambaNya, tidaklah dapat benar-benar meliputi kasih sayang yang Allah berikan kepadanya dan karunia yang dilimpahkan kepadanya karena kasih sayang ini.

Bahkan ketika di surga, ketika ia masuk ke suatu tempat yang Allah curahkan kepada hamba-hamba yang dimuliakanNya dengan karuniaNya, di setiap saat ia hanya mengetahui karunia itu dimana ia berada saat itu, dan pada saat yang selanjutnya, dan di saat setelah itu, dan saat setelah itu sampai keabadian.

Bahkan para malaikat di surga tidak mengetahui bagaimana karunia-karunia itu akan dirasakan ketika surga terbuka untuk orang-orang yang berdiam di dalamnya. Jadi, tidak ada makhluk yang benar-benar dapat membayangkan karunia-karunia itu atau tidak ada pengalaman-pengalaman terhadap karunia-karunia itu yang Allah telah menyiapkannya untuk hamba-hambaNya yang sholeh.

Bahkan pada bentuk pancaindera, orang-orang yang menghuni surga akan mengalami keindahan dan rahmat yang akan bertambah tak henti-hentinya. Jika seseorang untuk menemukan suatu buah yang dia sukai di dalam surga, memetik dan memakannya, Allah Ta’ala akan menumbuhkan buah yang lain di tempat itu tadi yang lebih indah daripada buah yang tadi, dan bahkan jika dia memetik buah yang itu, disana akan tumbuh buah yang lebih indah dibandingkan yang tadi.

Jika dia ingin melihat burung yang indah terbang di dalam surga dan dia ingin burung itu berada di piringnya yang ingin dia makan, maka burung itu akan ada siap hidang kepadanya. Ketika dia merasakan burung itu, rasanya belum pernah ia rasakan sewaktu di dunia. Ketika ia selesai makan, burung itu akan dihidupkan kembali dan akan terbang kembali di surga dalam bentuk yang lebih indah. Semua keindahan itu adalah suatu refleksi dari keindahan Nabi SAW. Ini semua karena Nabi SAW yang merupakan ciptaan yang paling indah, bayangan yang sempurna dari Yang Maha Indah dan Yang Maha Sempurna.

Jika seseorang di surga merasakan manisnya suatu buah ataupun seekor burung yang ia makan di dalam surga, ia akan merasakan seribu rasa manis di mulutnya yang saling berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap rasa akan menetap di memorinya dan ia akan mampu merasakannya selama 70 tahun, dan sekalipun begitu yang berikutnya akan ia rasakan lebih enak dari yang sebelumnya. Jika ia berjalan keluar menuju ke tempat-tempat tertentu di surga dan kemudian kembali ke istana dan tempat tinggalnya di surga dan melihat keluarganya, ia akan berkata kepada mereka, “Kalian bertambah bagus” dan keluarganya akan mengatakan yang sama kepadanya.

Orang-orang disana (di surga) akan merasakan bertambahnya kenikmatan, bahkan dalam hubungannya dengan pandangan yang baik dari Allah. Ketika hamba-hamba Allah diberikan pandangan yang baik dari Allah dan mereka ditunjukkan pemandangan-pemandangan yang indah, disana hanya ada bertambahnya kenikmatan yang tanpa akhir sampai kapanpun. Perwujudan kasih sayang Allah untuk hambaNya adalah ketika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menjadikan malaikat-malaikat pada tempat tertinggi di surga untuk beribadah kepada Allah karena kecintaan kepada hamba itu.

Dengan mencintai hamba ini karena Allah, yang merupakan suatu ibadah, Allah menjadikan malaikat-malaikat pada tempat tertinggi untuk beribadah kepada Allah. Lalu Allah SWT berkata kepada malaikat Jibril as yang merupakan pemimpin dari malaikat-malaikat pada tempat tertinggi,

“Wahai Jibril, Aku mencintai hamba itu, maka katakan kepada penduduk langit untuk mencintainya.”

Lalu malaikat Jibril as mencintai hamba tersebut karena Allah, yang merupakan bentuk ibadah, dan kemudian dia menemui malaikat-malaikat yang lain dan mengatakan bahwa Allah mencintai hamba itu, sehingga para malaikat pun ikut mencintainya. Oleh karena itu, hamba tersebut yang berjalan diatas bumi dengan keterbatasannya sebagai seorang manusia, adalah seorang yang dicintai di langit, di tempat tertinggi Allah Ta’ala.

Ketika seorang hamba, yang dicintai oleh para malaikat karena Allah mencintainya, masuk ke dalam kubur dan berada dalam alam barzah, karena para malaikat tahu bahwa dia adalah salah satu orang yang dicintai Allah Ta’ala, mereka (para malaikat) berdiri kagum sebelum kehadiran hamba Allah tersebut, seperti para hadirin berdiri sebelum seorang raja datang. Mereka (para malaikat) berdiri mengagumi hamba itu karena mereka tahu kedudukan dia di sisi Allah SWT. Dia adalah salah seorang hamba yang dicintai Allah.

Ketika hamba ini berjalan menyeberangi api nereka, api itu berkata kepadanya,

“Wahai orang yang beriman, cahayamu telah memadamku.”

Meskipun api neraka membakar segala sesuatu, hamba Allah tadi tidak terbakar karena kecintaan Allah terhadap dirinya. Bahkan kalaupun dia merasakan api neraka, Allah Ta’ala akan berkata,

“Kasih sayangku mendahului kemurkaanku.”

Ini terjadi hanya karena kasih sayang Allah untuk hamba tersebut yang Allah mencintainya. Seseorang yang mencintai karena Allah, dan seseorang yang dicintai karena Allah, tidak dapat tinggal di neraka, karena seseorang itu akan bersama orang yang dicintai. Salah satu faedah kecintaan Tuhan kepada hambaNya adalah bahwa hamba tadi dapat menjadi perantara membawa orang-orang yang dia cintai. Seorang yang mati syahid dapat menjadi perantara membawa serta 70 orang dari keluarganya yang ia cintai.

Karena benar-benar mencintai seseorang, ia akan mencintai segala sesuatu yang dibawa serta oleh orang itu karena cintanya. Dia mencintai anak-anaknya, mencintai keluarganya, dan mencintai rumah dimana orang tersebut tinggal. Bahkan ia mencintai sesuatu yang dia pakai. Jika ini adalah cinta suatu makhluk kepada makhluk yang lain, bagaimana tentang kecintaan dari Sang Pencipta kepada makhlukNya dan bagaimana bisa Allah tidak memberi apapun kepada seseorang yang Dia cintai.

Allah Ta’ala berfirman di dalam Hadits Qudsi,

“Aku yang berkuasa. Jika seseorang taat kepadaKu, Aku akan memberikan berkah. Dan jika Aku memberikan berkah, Aku memberkahi orang itu dan semua yang dibawa oleh orang itu dan berkahKu tiada akhir.”

Ibnu Abbas ra berkata ketika dia mengomentari suatu ayat di surat Kahfi tentang dua anak yatim yang mempunyai harta benda yang tersimpan di dalam tanah. Ketika Nabi Khidir membangun kembali dinding disitu dia berkata, “Ayah mereka adalah orang-orang yang sholeh.” Sayyidina Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa yang dimaksud ayah disitu adalah kakeknya yang ke-7 dari jalur ibu. Karena dia adalah orang sholeh dan Allah mencintainya. Lihatlah bagaimana jauhnya, berkah itu bisa menurun kepada turunannya yang ke-7.

Sayyidina Muhammad SAW berkata tentang Uwais Al-Qarni bahwa dia seorang diri akan dapat menjadi perantara menanggung orang-orang dari suku Rabi di Arab dan suku Mudhar. Mereka ini adalah dua suku yang besar di Arab. Ini adalah Uwais Al-Qarni yang tidak pernah bertemu dengan Nabi SAW, lalu bagaimana dengan para sahabat Nabi SAW yang benar-benar melihat Nabi? Dan bagaimana menurutmu dengan orang-orang yang dipilih menjadi sahabat Nabi SAW, dan sepuluh diantara mereka dijanjikan surga, dan orang-orang yang terdekat kepada Nabi SAW?

Ada suatu cerita. Di Mesir ada seseorang yang telah meninggal dan orang-orang sering melihatnya di dalam mimpi bahwa orang itu dalam keadaan disiksa dalam kuburnya. Setelah beberapa hari, seseorang melihatnya di dalam mimpi bahwa dia tidak disiksa lagi. Orang itu bertanya kepadanya apa yang terjadi. Orang itu menjawab bahwa ketika masuk waktu Ashar kuburannya terkena bayangan kubah dari makamnya Imam Syafii. “Saat bayangan dari makam Imam Syafii jatuh ke kuburanku, hukumanku ditiadakan”

Sayyidina Abubakar Ash-Shiddiq pernah berjalan melewati pekuburan dan salah satu rambutnya jatuh ke tanah di pekuburan. Karena rambut beliau itu, siksaan kubur ditiadakan dari seluruh pekuburan. Jadi, ini dikarenakan berkat kecintaan Allah kepada hambaNya dan ini akan membawa manfaat terhadap orang-orang sekitar orang tersebut. Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mencintai apa-apa yang berada di sekitar hamba tersebut. Karena berkat cinta tersebut, Allah memberikan kepada yang lain.

Ada suatu cerita tentang seseorang yang tinggal pada jaman Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani. Orang tersebut terdengar berteriakan setelah ia dikubur. Orang-orang mendengarnya berteriak dari siksaan kubur dan mereka dapat mendengarnya dari jauh. Para sahabat Syeikh Abdul Qadir Jaelani bercerita kepada beliau, sehingga beliau lalu pergi menuju kubur tersebut. Orang-orang meminta kepada beliau agar dapat mendoakannya sehingga Allah mengangkat hukumannya.

Syeikh Abdul Qadir Jaelani bertanya kepada mereka,

“Apakah ia adalah salah satu sahabat kita?”

Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,

“Pernahkah kalian melihatnya hadir pada salah satu majlis kita?”

Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,

“Pernahkah ia masuk ke salah satu masjid kita dengan tujuan untuk mendengarkan ceramah-ceramah kita atau sembahyang bersama kita?”

Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,

“Pernahkah kita melihatnya?”

Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,

“Apakah ia pernah melihat kita?”

Mereka menjawab tidak. Lalu salah seorang dari mereka berkata,

“Tetapi, wahai guru, saya pernah sekali melihatnya berjalan di suatu jalan setelah engkau dan para sahabatmu baru saja selesai dari majlis dan ia melihat jejak jalanmu.”

Lalu Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menengadah kepada Allah dan berkata,

“Ya Allah, orang ini adalah orang yang pernah melihat debu jejak jalan kami setelah kami selesai majlis. Jika Engkau mencintai kami Ya Allah, kami memohon kepadaMu berkat kecintaanMu itu untuk mengangkat hukuman dan siksaan pada hamba ini.”

Pada saat itu juga, teriakan (dari kubur) itu berhenti.

Ada suatu kisah tentang seorang laki-laki yang sering berbuat dosa dari Bani Israel. Suatu hari, pada salah satu perjalanannya, tak disangka-sangka bertemu dengan seorang ahli ibadah di padang pasir. Ia melihat orang ahli ibadah ini berbaring pada pinggangnya diatas tanah. Lalu ia melihat padanya dan menyadari bahwa orang ini berbaring pada bahunya karena dia kehausan. Kemudian ia bilang pada dirinya sendiri,

“Apa yang harus saya lakukan?. Apakah sebaiknya aku memberinya air?. Jika aku meneruskan perjalanan di padang pasir dan aku kehabisan air, maka aku akan mati. Apakah aku akan membiarkan orang ini menerima nasibnya (mati)?”

Dia berpikir bahwa jika dia membiarkan orang tadi menerima nasibnya, maka Allah tidak akan memaafkannya karena ia seorang yang sering berbuat dosa. Dia mendekati orang itu dan memberikan kepadanya sebagian airnya yang tadinya ia sangat inginkan. Orang tersebut lalu meminum air itu dan kemudian tenaganya pulih sehingga bisa duduk. Dia lalu meneruskan perjalanan kembali.

Pada hari akhir nanti, orang yang berdosa itu akan datang dan para malaikat penyiksa akan menyeretnya dan melemparkannya ke api neraka. Ketika mereka menyeretnya menuju api neraka, dia melihat orang yang ahli ibadah itu dan berkata,

“Apakah kau ingat denganku?. Aku orang laki-laki yang pernah memberimu air saat kau kehausan di padang pasir dan hampir saja mati?”

Orang yang ahli ibadah itu kemudian menghadap kepada Allah dan berkata,

“Ya Allah, orang ini dulu pernah lebih mencintaiku daripada dirinya sendiri, maka biarkan aku menjadi perantara buatnya.”

Allah Ta’ala berkata kepadanya,

“Silakan menjadi perantara buat dirinya.”

Lalu orang itu menjadi perantara buatnya. Allah berkata kepadanya,

“Raihlah dia dengan tanganmu dan bawalah ia ke surga bersamamu.”

Jadi, ini adalah faedah dari kecintaan Allah kepada salah seorang hambaNya untuk seseorang yang berbuat baik pada dirinya di masa hidupnya.


[Ceramah Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz di UK, diambil dari http://tasbih.blogspot.com/2006/05/habib-umar-bin-hafizs-talk-at-uk.html, dari catatan Sister Khadija (UK), dan diterjemahkan oleh Admin Bisyarah]

Sumber: bisyarah.wordpress.com

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Ceramah, Habaib dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar