Sirah Nabawiyah(8)

Siasat Perundingan
Di dalam riwayat Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq disebutkan bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah seorang tokoh cendekiawan di antara kaumnya berkata di majelis pertemuan Quraisy;

“Wahai kaum Quraisy, ijinkanlah aku bertemu dan berdialog dengan Muhammad, dan menawarkannya beberapa tawaran kepadanya, barangkali dia bersedia menerima salah satunya. Kita berikan kepadanya apa yang disukainya, dan dia berhenti menyusahkan kita.“

Kaum Quraisy menjawab: “Kami setuju, wahai Abu al-Walid. Pergi dan berdialoglah kepada Muhammad.“

Kemudian ‘Utbah datang kepada Rasulullah saw, lalu duduk di hadapan Nabi saw, dan berkata; “Wahai putra saudaraku, anda adalah seorang dari lingkungan kami, dan andapun telah mengetahui kedudukan silsilah kami (yang dipandang terhormat oleh semua orang Arab). Namun ternyata anda telah membawa suatu persoalan yang amat gawat kepada kaum kerabat anda, dan anda telah memecah-belah kerukunan dan persatuan mereka. Sekarang dengarkanlah baik-baik, saya hendak menawarkan kepada anda beberapa hal yang mungkin dapat anda terima salah satu di antaranya.”

Nabi saw menjawab: “Katakanlah, hai Abu al-Walid, apa yang hendak kamu tawarkan.“

‘Utbah bin Rabi’ah berkata: “Wahai putra saudaraku, jika dengan dakwah yang anda lakukan itu anda ingin mendapatkan harta kekayaan, maka akan kami kumpulkan harta kekayaan yang ada pada kami untuk anda, sehingga anda menjadi orang yang terkaya di kalangan kami. Jika anda menginginkan kehormatan dan kemuliaan, anda akan kami angkat sebagai pemimpin, dan kami tidak akan memutuskan persoalan apa pun tanpa persetujuan anda. Jika anda ingin menjadi raja, kami bersedia menobatkan anda sebagai raja kami. Jika anda tidak sanggup menangkal jin yang merasuk ke dalam jiwa anda, kami bersedia mencari tabib yang sanggup menyembuhkan anda, dan untuk itu kami tidak akan menghitung-hitung berapa biaya yang diperlukan sampai anda sembuh.“

Rasulullah saw bertanya kepada ‘Utbah; “Sudah selesaikan anda wahai Abu al-Walid?“

Jawab ‘Utbah; “Sudah.“

Nabi saw berkata, “Sekarang dengarkanlah dariku.“ Kemudian Nabi saw membaca :
“Haa Miim. Diturunkan Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang telah dijelaskan ayat-ayatnya, al-Quran dalam bahasa Arab, bagi kaum yang hendak mengetahuinya. Kitab yang membawakan berita gembira dan yang membawakan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkannya. Mereka (bahkan) berkata: “Hati kami tertutup bagi apa yang kamu serukan kepada kami, dan telinga kami pun tersumbat rapat . Antara kami dan kamu terdapat dinding pemisah. Karenanya, silahkan kamu berbuat (menurut kemauanmu sendiri) dan kami pun berbuat (menurut kemauan kami sendiri).“ Katakanlah (Hai Muhammad), “Bahwasannya aku adalah seorang manusia (juga) seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Satu, karena itu hendaklah kamu tetap pada jalan lurus menuju kepada-Nya dan celakalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya…..:“

Ketika ‘Utbah mendengar bacaan Rasulullah saw sampai ayat :
“Jika mereka berpaling maka katakanlah,“ Kalian telah kuperingatakan (mengenai datangnya) petir (adzab) seperti petir yang menghancurkan kaum ‘Aad dan Tsamud ( dahulu). QS Fushshilat : 13
‘Utbah menutup mulut Nabi saw dengan tangannya memohon supaya berhenti membacanya karena takut ancaman yang terkandung di dalam ayat tersebut.

Kemudian ‘Utbah kembali kepada kaummnya yang sudah menantinya. Mereka bertanya; “Bagaimana hasilnya wahai Abu Al-Walid?“

‘Utbah menjawab; “Aku mendengar suatu perkataan yang belum pernah aku dengar sama sekali. Demi Allah, perkataan itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan pula mantera dukun. Wahai kaum Quraisy, taatilah aku, dan biarkan Muhammad dengan urusannya. Biarkanlah dia! Demi Allah, sungguh perkataan yang aku dengar darinya itu akan menjadi berita yang menggemparkan. Jika apa yang dikemukakan Muhammad saw terjadi pada bangsa Arab, maka hanya dia yang bisa membebaskan kamu. Dan jika Muhammad berkuasa atas bangsa Arab, maka kekuasaannya adalah kekuasaanmu, kemuliaannya adalah kemuliaan kamu juga.“

Kaum Quraisy menjawab; “Demi Allah, Muhammad telah mensihirmu, wahai Abu al-Walid, dengan perkataanya.“

‘Utbah berkata; “Demikianlah pendapatku tentang Muhammad. Kamu bebas untuk berbuat sesukamu.“

Thabari dan Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa beberapa orang musyrik, termasuk al-Walid bin Mughira dan al-Ash bin Wa’il, datang menemui Rasulullah saw menawarkan harta kekayaan dan gadis tercantik kepadanya, dengan syarat beliau bersedia meninggalkan kecaman terhadap tuhan-tuhan mereka. Ketika Nabi saw menolak tawaran tersebut, mereka menawarkan, “Bagaimana jika anda menyembah tuhan-tuhan kami sehari, dan kami menyambah tuhanmu sehari (bergantian)?“ Tetapi tawaran ini juga ditolak oleh Nabi saw. Dan berkenaan dengan hal ini Allah swt menurunkan fiman-Nya :
“Katakanlah, “Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (juga) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.“ QS al-Kafirun 1-6

Para pembesar Quraisy belum berputus asa membujuk Nabi saw. Secara beramai-ramai mereka mendatangi Rasulullah saw dan menawarkan kembali apa yang pernah ditawarkan oleh ‘Utbah kepada Nabi saw. Mereka menawarkan kekuasaan, harta kekayaan dan pengobatan.

Kepada mereka Rasulullah saw mengatakan, “Aku tidak memerlukan semua yang kamu tawarkan. Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan. Tetapi Allah mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima dakwahku, maka kebahagiaanlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu.“

Selanjutnya mereka berkata kepada Nabi saw, “Jika anda tidak bersedia menerima tawaran kami, maka sesungguhnya anda telah mengetahui bahwa tidak ada orang yang lebih kecil negerinya, lebih gersang tanahnya dan lebih keras kehidupannya selain dari pada kami. Karena itu mintakanlah untuk kami kepada Rabb yang telah mengutusmu agar menjauhkan gunung-gunung yang menghimpit ini dari negeri kami, mengalirkan sungai-sungai untuk kami sebagaimana sungai-sungai Syam dan Iraq, dan membangkitkan bapak-bapak kami yang telah mati, terutama Qushayyi bin Kilab, karena dia seorang tokoh yang terkenal jujur, sehingga kami dapat bertanya kepadanya tentang apa yang anda katakan. Mintalah buat anda kebun, istana, tambang emas dan perak yang dapat memenuhi apa yang selama ini anda buru. Jika anda telah melakukan apa yang kami minta, maka kami baru akan membenarkan anda. Kami akan akan tahu kedudukan anda di sisi Allah, dan akan mempercayai bahwa Dia mengutusmu sebagai Rasul sebagaimana anda katakan.“

Jawab Nabi saw, “Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan meminta hal itu kepada Allah.“

Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya mereka berkata kepada Nabi saw, “Kami dengar bahwa anda mempelajari semua itu dari seorang yang tinggal di Yamamah bernama ar-Rahman. Demi Allah kami tidak percaya kepada ar-Rahman. Sesungguhnya kami telah berusaha sepenuhnya kepada anda, wahai Muhammad. Demi Allah, kami tidak akan membiarkan anda mengalahkan kami.“ Kemudian mereka bangkit dan meninggalkan nabi saw.

[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press]

Sumber : daffodilmuslimah

Tentang abizakii

"Seorang hamba Allah yang berusaha mengenal dan mencintai Nabi-Nya"
Pos ini dipublikasikan di Sirah Nabawiyah dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar